Kamis, 10 Oktober 2019

WISATA RELIGI MASJID TIBAN TUREN MALANG






Masjid di Pondok Pesantren bernama Salafiyah Bihaaru Bahri 'Asali Fadlaailir Rahmah, di Turen, Kabupaten Malang.

Berada di Jalan KH. Wachid Hasyim gang Anggur No. 17 RT 27 RW 06 Sananrejo, Turen, Kabupaten Malang itu bukanlah taman rekreasi, melainkan sebuah masjid yang super megah.


Masjid ini sangat super megah. Sehingga disamping sebagai tempat ibadah juga sebagai tujuan wisata religi. Pengunjung tidak pernah sepi, apalagi pada musim liburan. Jumlah pengunjung pun selalu banyak. Rata-rata para pengunjung yang datang ke sana ingin menikmati kemegahan arsitektur masjid tersebut.


Tampak kemolekan menara tinggi menjulang di tengah-tengah area permukiman. Perpaduan ornamen khas Turki, India, Russia, hingga Mesir saling berpadu satu menjadi satu bangunan yang elok. Begitu eksotis yang seakan memiliki unsur magis bagi para pengunjung untuk terus datang. Itulah tempat bernama Masjid Tiban Malang yang konon dibangun hanya dalam waktu satu malam.


Masjid Tiban sebenarnya merupakan sebuah pondok pesantren yang bernama Salafiyah Bihaaru Bahri 'Asali Fadlaailir Rahmah yang berlokasi di Jl. KH. Wachid Hasyim Gg. Anggur No. 17 RT. 27 RW. 06 Sananrejo, Turen, Kabupaten Malang. Nama masjid 'tiban' disandangnya lantaran bangunan tersebut dianggap muncul atau jatuh secara tiba-tiba dan dipercaya oleh masyarakat dibangun oleh ‘jin’.

Namun, sebenarnya bangunan tersebut bukanlah bangunan yang didirikan dalam waktu yang cepat, melainkan melalui proses panjang. Sebab, bangunan 10 lantai tersebut nyatanya dibangun sejak tahun 1978 silam.

  • Th 1963              :     Romo KH Ahmad Bahru Mafdlaluddin Shaleh Al-Mahbub Rahmat ‘Alam.
  • Th 1978                 :     Mulai dibangun, rintisan awal sangat sederhana sekali . Dengan material tutup terbuat dari gedek, atap dari daduk dan tiang bambu.
  • Th 1988–1992       :     Pondok Pesantren resmi berdiri, dengan bangunan masih semi permanen.
  • Th 1998                 :     Mulai dibangun bangunan permanen. Sampai sekarang pun masih terus ada pembangunan. Kata salah seorang tukang bangunan yang sedang bekerja saat itu, Beliau tidak pernah berhenti nukang ditempat tersebut.


Itu artinya bangunan masjid ini dibangun oleh manusia yakni pendiri pondok, yang dikenal dengan panggilan Romo Kyai Ahmad. Masjid dan Pondok  yang berhaluan Ahlussunnah Wal Jama’ah tersebut bukanlah dirancang oleh seorang arsitek.


Gaya arsitek dalam satu bangunan itu begitu banyak. Mulai ukuran ruangan, sudut ruangan, hingga lorong-lorong bangunan terkesan beragam dan tidak beraturan seperti bangunan pada umumnya. Namun, nyatanya semuanya masih terlihat rapi dan menawan.

Pembangunan Masjid dan Pondok tersebut memegang prinsip diantaranya :
  1. Dasar Pembangunan  : Dibangun berdasarkan fungsi rohani.
  2. Prinsip Pembangunan : Cepat, tepat, hemat kuat dan indah.
  3. Prinsip Pendanaan      : Tidak minta-minta, tidak tama' atau mengharapkan dan tidak hutang.


Menurut informasi salah seorang santri, bangunan ini berdasarkan istikhoroh, jadi istikhoroh ini merupakan olah rasa dalam hati yang berdasarkan pada Alquran dan Al-Sunnah.

Menurutnya istikhoroh ini tidak selalu melalui salat istikhiroh pada umumnya, namun berupa perenungan, berkonsentrasi yang bertujuan untuk menemukan jawaban yang terbaik.

"Jadi mulai ukuran ruangan, ornamen, dan warna itu semuanya berdasarkan petunjuk. Jadi sebenarnya tidak tahu bangunan ini bentuknya nanti jadi seperti apa. Karena petunjuknya ini hanya dibangun angkar di sini, membangun ini di sini. Mungkin nanti warna menyamakan dengan bangunan sebelahnya.

Romo Kyai Ahmad meninggal dunia pada tahun 2010, pembangunan Masjid Tiban lantas dilanjutkan berdasarkan petunjuk melalui istikhoroh istri dari Kyai Ahmad, yakni Nyai Hj. Luluk Rifqah binti H. Romli.


Fasilitas Super Lengkap, Jadi Tujuan Wisata Religi

Info tentang masjid yang dibangun dalam waktu satu malam itupun begitu cepat menyebar ke seantero negeri. Pengunjung ponpes inipun berjumlah ribuan setiap harinya, di mana tempat tersebut seakan sudah menjadi tempat wisata religi yang sangat direkomendasikan jika anda pergi ke Malang. Namun, sebenarnya pihak ponpes tersebut mengaku bahwa tempat tersebut bukanlah tempat wisata.

Meski masjid ini tidak dipromosikan sebagai tempat wisata, namun tempat ini bisa jadi cocok untuk jadi kawasan wisata yang menarik dan tanpa dipungut tiket masuk (alias gratis). Tapi peraturannya sebelum masuk keliling, pengunjung harus isi buku tamu dibagian depan, sebagai simbol kulonuwun atau permisi bertamu. Begitupun juga pulangnya harus pamitan juga.
Fasilitas yang ditawarkan juga sangat lengkap. Mulai lahan parkir yang luas, toilet yang begitu banyak, kantin, hingga pusat perbelanjaan atau oleh-oleh yang terletak di dalam bangunan maupun di sekitar bangunan Masjid Tiban ini.
Pengunjung bisa keliling-keliling sampai lantai paling atas. Disamping itu, jika pengunjung lelah, pihak pengelola menyediakan kantin untuk sementara mengganjal perut yang lapar. Dan juga bisa membeli oleh-oleh baik itu makanan ringan atau suvenir.

Adapun rincian dari masing-msing lantai adalah lantai 1 yang merupakan tempat istirahat dan mushola; lantai 2 berisi loket, ruang istirahat, ruang makan, dan dapur; lantai 3 berisi musala, akuarium, dan kebun binatang mini; lantai 4 merupakan lantai untuk keluarga pengasuh pondok; lantai 5 terdapat mushola; lantai 6 merupakan ruangan istirahat untuk santri; lantai 7 dan 8 berisi toko dan kios-kios milik pondok yang dikelola oleh para santri; lantai 9 merupakan bangunan yang didesain sebagai lereng gunung; sedang lantai 10 adalah gua dan juga puncak gunung.



sumber : https://kumparan.com/tugumalang/megahnya-masjid-tiban-di-malang-yang-dibangun-tanpa-arahan-arsitek-1rFw4xNKi9j


Tidak ada komentar:

Posting Komentar